Di zaman nabi Muhamad S.A.W ada seorang miskin yang penampilannya lusuh,kotor, dan terlihat lapuk. Perutnya selalu lapar, tidak beralas kaki,berasal dari keturunan yang tidak terhormat, tidak punya kedudukan dan keluarga besar. Tidak punya rumah untuk berteduh, tidak punya perabot rumah yang bagus, ia hanya minum dari ciukan kedua tangannya. Tidur di masjid dengan beralaskan pasir dan kerikil tangannya menjadi bantal di saat tidurnya. Namun begitu ia selalu berdzikir, selalu berada di shof terdepan di saat sholat dan jihad, dan membaca al – qur’an dimasjid.
Ketika itu ia lewat di hadapan Rasulullah, lalu nabi menyebut namanya dengan nyaring “ Wahai julaibib tidakkah kamu menikah?” Julaibib menjawab “ Tidak ada orang tua yang mau menikahkan putrinya kepada ku “.
Dihari yang lainnya nabi berjumpa dengan Julaibib dan bertanya dengan pertanyaan yang sama “ Wahai Julaibib tidakah kamu menikah ?” Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama pula “ Tidak ada orang tua yang mau menikahkan putrinya dengan ku, ya Nabi”. Di pertemuan yang ketiga Nabi bertemu lagi dengan Julaibib dan menanyakan pertanyaan yang sama kembali, maka di jawab dengan jawaban yang sama pula oleh Julaibib. Lalu Nabi memerintahkan kepada Julaibib “ Pergilah kamu kepada si fulan (orang yang dimaksud sahabat anshar) dan katakana kepadanya aku menyampaikan salam untukmu dan memintamu untuk mengawinkan dengan anakmu.
Mendengar perintah dari Nabi itu Julaibib segera pergi. Si Fulan yang dimaksud adalah orang Anshar terhormat dan terpandan.
Julaibib mengetuk pintu rumahnya dan menyampaikan perintah dari nabi yang ia terima. Lalu si fulan menjawab “segala puji tercurah kepada Rasulullah”… tapi [julaibib] saya tidak bisa menjawab perintah yang kedua. Rupanya pembicaraan itu terdengar oleh istri si Fulan, bagaimana mungkin kami bisa menikahkan anak perempuan kami kepadamu sedangkan engkau tidak memiliki apa – apa. Julaibib pun tertunduk lesu mendengar ucapan seperti itu.
Namun dari dalam anak perempuan si Fulan yang mendengar hal itu segera keluar dan berkata “Wahai ayah dan ibu apakah kalian mau membantah perintah Rasulullah. Akhirnya singkat cerita terjadilah sebuh perkawinan dan tak lama kemudian mereka dikaruniai anak dan jadilah sebuah keluarga yang barokah.
Setelah itu seruan jihad pun datang memanggil Julaibib untuk berperang. Berangkatlah Julaibib berjihad, ia berhasil membunuh tujuh orang musuh namun ia sendiri harus tewas dalam peperangan itu. Setelah perang berakhir sahabat mendata siapa saja para sahabat yang mati terbunuh. Rasulullah bertanya kepada sahabat tentang Julaibib, namun karena Julaibib tidak terkenal dikalangan sahabat namanya tidak masuk kedalam daftar. Kemudian Rasulullah pergi ke tempat bekas peperangan itu dan mencari jasad Julaibib, akhirnya jasas Julaibib ditemukan tertutupi debu di tanah. Nabi membersihkan debu diwajahnya sambil berkata “Julaibib kamu membunuh tujuh orang musuh tapi kamu sendiri terbunuh”. Engkau bagian dariku dan aku bagian darimu. Engkau bagian dariku dan aku bagian darimu. Engkau bagian dariku dan aku bagian darimu. Itu sudah cukup bagi Julaibib sebgai tanda dan hadiah dari Nabi.
Sebenarnya nilai dari seorang Julaibib adalah keminanannya, kecintaan Rasulullah kepadanya dan prinsip yag dia pegang teguh sampai ia harus mati. Kemiskinan dan ketidak jelasan garis keturunannya tidak pernah menjadi penghambat untuk memperoleh kedudukan yang mulia dan besar ini. Ia telah mencapai cita – citanya untuk mati syahid, mendapatkan keridhaan, diterima oleh masyarakat, dan mendapat kebahagiaan didunia dan di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar
Comment it's like indicating you were alive, on the web at least!